Siapa sih yang nggak kenal Nabi Ibrahim ‘alayhis salam? Sosok luar biasa yang dikenal sebagai “Bapak Para Nabi” ini nggak cuma hebat dalam hal keimanan dan dakwah, tapi juga punya kisah parenting yang luar biasa. Nggak heran, banyak banget pelajaran berharga dari cara beliau membesarkan anak, terutama Nabi Ismail ‘alayhis salam, yang bisa banget kita jadikan inspirasi dalam membesarkan anak-anak di era sekarang.
Nah, buat para orang tua muda zaman now, terutama yang lagi semangat membangun keluarga islami, yuk kita ulik gimana sih pola asuh Nabi Ibrahim yang bisa bikin anak tumbuh jadi pribadi tangguh, penuh iman, dan siap menghadapi tantangan hidup.
1.Tanamkan Tauhid Sejak Dini
Hal pertama yang paling kelihatan dari kisah Nabi Ibrahim adalah komitmennya dalam menanamkan tauhid pada anak. Beliau nggak sekadar nyuruh, tapi jadi role model langsung dalam hal keimanan. Bahkan sejak kecil, Nabi Ismail sudah diajak untuk tunduk dan patuh hanya kepada Allah.
“Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.” (QS. Ash-Shaffat: 102)
Respon Nabi Ismail waktu itu? Bikin merinding:
“Wahai Ayahku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Kebayang nggak sih, anak zaman sekarang bisa sesabar dan setaat itu? Tapi ternyata kuncinya ada di pola asuh Nabi Ibrahim yang fokus pada tauhid sejak awal. Jadi, buat para ortu Gen Z, yuk mulai biasakan ngajak anak ngobrol tentang Allah, kasih kisah-kisah nabi, dan perkenalkan makna ibadah sejak dini.
2. Komunikasi yang Lembut tapi Tegas
Lihat deh bagaimana cara Nabi Ibrahim berbicara pada Nabi Ismail. Nggak maksa, nggak langsung menyuruh, tapi ngajak ngobrol dengan penuh kasih:
“Wahai anakku, aku melihat dalam mimpi… Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.”
Ini bentuk parenting yang sangat respectful. Anak diajak untuk ikut berpikir, dilibatkan dalam keputusan besar, dan diberi ruang untuk mengekspresikan diri.
Dalam parenting modern, ini mirip konsep authoritative parenting yang tegas tapi penuh cinta. Anak nggak cuma disuruh nurut, tapi diajak untuk paham makna dari setiap tindakan. Jadi, yuk biasakan komunikasi dua arah sama anak—bukan cuma ngomel pas mereka salah, tapi juga dengerin cerita mereka, dan hargai pendapatnya.
3. Jadilah Teladan, Bukan Sekadar Penasehat
Salah satu kekuatan terbesar Nabi Ibrahim adalah keteladanan. Anak nggak bakal mudah percaya kalau orang tuanya nggak nunjukkin sikap yang sesuai sama nilai-nilai yang diajarkan. Nabi Ibrahim menunjukkan langsung bagaimana beliau hidup dengan penuh keimanan, sabar, dan keteguhan hati.
Mau ngajarin anak salat? Pastikan kita juga salat tepat waktu. Mau anak jujur? Jangan sampai ketahuan bohongin orang lain, meski kecil.
Anak-anak zaman sekarang itu cerdas dan kritis, mereka lebih banyak belajar dari contoh ketimbang omongan. Jadi yuk, upgrade dulu diri kita, baru ngajak anak jadi versi terbaiknya.
4. Ajarkan Tanggung Jawab dan Kemandirian
Nabi Ismail tumbuh sebagai anak yang tangguh karena dia nggak dimanja. Bahkan saat masih kecil, beliau sudah ditinggalkan di padang pasir bersama ibunya, Siti Hajar. Tapi dari situ beliau belajar survive, mandiri, dan berserah pada Allah.
Kita bisa mulai dari hal-hal kecil, misalnya:
- Biasakan anak membereskan mainan sendiri
- Libatkan mereka dalam pekerjaan rumah
- Ajak mereka ikut dalam keputusan keluarga
- Dorong mereka untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, dengan bimbingan tentunya
Anak yang mandiri dan tangguh nggak lahir dari didikan serba dilayani, tapi dari proses belajar menghadapi tantangan.
5. Doakan Anak, Jangan Lupa yang Ini!
Nabi Ibrahim adalah sosok yang selalu menyertakan doa dalam setiap langkah hidupnya. Beliau mendoakan keturunan yang saleh bahkan sebelum anak itu lahir:
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ash-Shaffat: 100)
Ini reminder banget buat kita, kalau urusan parenting itu bukan cuma usaha lahiriah aja, tapi juga spiritual. Kadang kita terlalu sibuk cari metode parenting terbaru sampai lupa ada senjata utama: doa.
Yuk, rutin doain anak-anak kita:
- Jadi anak yang shalih/shalihah
- Diberi hati yang lembut dan penuh iman
- Dijauhkan dari pengaruh buruk lingkungan
Doa orang tua itu mustajab, jadi jangan sampai lupa.
6. Kuatkan Bonding Emosional dan Spiritual
Hubungan Nabi Ibrahim dan Ismail bukan cuma formal ayah-anak, tapi juga spiritual partner. Mereka bareng-bareng bangun Ka’bah, beribadah, dan menjalankan perintah Allah. Ini bonding level dewa!
Coba deh kita evaluasi, udah seberapa kuat bonding kita sama anak?
- Apakah kita sering ngobrol dari hati ke hati?
- Udah pernah ngajak anak ikut kajian atau kegiatan ibadah bareng?
- Apakah kita hadir sepenuhnya saat bersama mereka?
Bonding yang kuat akan jadi pondasi saat anak tumbuh remaja dan mulai eksplorasi dunia. Kalau dari kecil udah dekat, insyaAllah mereka akan tetap terhubung meski udah gede nanti.
7. Didik dengan Harapan, Bukan Ketakutan
Pola asuh Nabi Ibrahim juga sangat sarat dengan nilai harapan. Nggak ada paksaan atau ancaman berlebihan. Beliau membimbing anaknya dengan kepercayaan bahwa anak itu bisa jadi pribadi saleh.
Parenting zaman now kadang masih kebawa pola lama: anak harus takut, baru nurut. Padahal rasa takut itu efeknya jangka pendek, dan bisa ninggalin luka batin. Ganti deh dengan pendekatan harapan:
- Kasih afirmasi positif
- Tunjukkan ekspektasi dengan kasih sayang
- Hindari label negatif kayak “kamu nakal” atau “bandel banget sih”
Anak akan berkembang lebih baik kalau dia merasa dipercaya dan didukung. Yap! pola asuh Nabi Ibrahim itu bukan cuma relevan untuk zaman dulu, tapi sangat cocok diterapkan di era sekarang. Intinya adalah: bangun anak dari pondasi keimanan, didik dengan cinta, jadi teladan yang nyata, dan jangan lupa banyak berdoa.
Nggak ada orang tua yang sempurna, tapi kita bisa terus belajar dan berproses. Yuk, bareng-bareng ikhtiar jadi orang tua terbaik, kayak Nabi Ibrahim yang sukses membentuk anak tangguh, penuh iman, dan siap jadi penerus kebaikan di muka bumi.
Semangat terus para ayah bunda! Bismillah 💖